KURIKULUM MERDEKA, SEBUAH TANTANGAN BARU PADA PROGRAM PLP – CINDYA FIRYAL
Surabaya – Penerapan kurikulum pada bidang pendidikan di Indonesia memiliki variasi metode yang sering bertahap mengalami perubahan. Hal ini dilakukan karena pergantian kurikulum secara bertahap diyakini dapat mengefektifkan sistem pembelajaran di Indonesia. Adanya pergantian kurikulum tidak jarang membuat pengajar ataupun siswa harus pandai beradaptasi dengan kurikulum baru.
Sebenarnya semua kurikulum adalah tantangan untuk
pengajar, karena adanya kurikulum tersebut harus diiringi dengan adanya proses
adaptasi. Tidak terkecuali bagi mahasiswa pendidikan yang melakukan program PLP (Pengenalan Lingkungan Persekolahan).
Pada tahun ajaran baru ini
Mendikbudristek meluncurkan Kurikulum Merdeka pada Februari 2022 sebagai salah
satu program Merdeka Belajar. Program tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Kurikulum Merdeka ini berfokus pada materi yang esensial dan
pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila.
Kurikulum merdeka sudah menjadi wacana sejak adanya
COVID-19, namun baru diterapkan pada tahun ajaran baru ini di
beberapa sekolah, salah satunya di SMP YDWP 2 UNESA. Kurikulum Merdeka
diterapkan secara penuh pada siswa kelas 7, dan diterapkan secara bergantian
dengan Kurikulum 2013 pada siswa kelas 8 dan kelas 9. Adanya perbedaan pada
beberapa metode di Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka menjadi hal baru pada program PLP.
“Kurikulum Merdeka itu punya beberapa komponen yang
beda dari kurikulum sebelumnya, contohnya pada pembelajaran Bahasa Inggris yang
aku ajar, biasanya di Kurikulum 2013 setiap bab cuma membahas satu jenis teks,
kalo Kurikulum Merdeka itu satu bab kita bisa membahas beberapa macam teks
dengan topik yang sama, jadi ada tantangan tersendiri,” ujar Anggi Ratri
Anggoro Kasih seorang mahasiswa PLP pada Rabu (31/08/2022).
Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum baru yang menjadi tantangan bagi mahasiswa program PLP yang memang belum diketahui
sepenuhnya dan minim pengalaman.
“Kenapa kok hal itu jadi tantangan? Karena selama aku
kuliah yang dipelajari sama aku dan temen-temen, dan juga yang diajarkan dosen
adalah Kurikulum 2013, sedangkan ketika kita terjun langsung ke lapangan ada
perubahan kurikulum yang mana ngebuat kita harus menyesuaikan diri, bahkan
otodidak,” ujar Anggi.
Tantangan yang juga dihadapi ialah pada persiapan
sebelum PLP, referensi tentang pembelajaran Kurikulum Merdeka yang minim dan terbatas membuat persiapan sebelum PLP dilakukan secara tidak maksimal. Disebut juga tantangan karena Kurikulum Merdeka ini dikatakan sebagai konsep di luar rencana dan tidak
terpikirkan dari persiapan sebelumnya. Pembelajaran Kurikulum Merdeka belum memiliki persiapan yang matang karena dilaksanakan 2 minggu sebelum mulainya program PLP.
Meskipun Kurikulum Merdeka merupakan suatu hal yang
muncul tanpa direncanakan, Anggi selaku mahasiswa yang melakukan program PLP percaya
bahwa adanya Kurikulum Merdeka merupakan salah satu tantangan baru yang setimpal untuk dilewatkan. Bukan hanya sebagai pengalaman, namun juga sebagai pembelajaran
untuk mencari cara bagaimana Kurikulum Merdeka dapat terealisasikan dengan
maksimal.
Penulis : Cindya Firyal Adini
NIM :
22041184091
Comments
Post a Comment