FENOMENA FOMO PADA REMAJA MASA KINI – RIZKI FEBRI
Semakin
berkembangnya teknologi di era teknologi saat ini, masyarakat makin mudah
mengakses segala hal melalui internet, khususnya di media sosial. Tentunya,
banyak dari kalangan muda yang mengakses media sosial yang memicu timbulnya
fenomena-fenomena sosial yang tak sedikit dapat menyebabkan efek buruk.
Salah
satu fenomena yang marak terjadi pada kalangan muda zaman sekarang adalah FOMO atau Fear Of Missing Out. FOMO sendiri
adalah rasa takut atau cemas saat ketinggalan tren atau suatu hal yang sedang
viral saat itu. Para pengidap FOMO ini juga cenderung haus akan pengakuan orang
lain, sehingga memicu rasa cemas ketika tidak mendapatkan pengakuan tersebut. Perilaku
FOMO ini kerap terjadi pada generasi muda zaman sekarang, namun banyak dari
mereka yang tidak menyadari kalau mereka mengidap FOMO.
Beberapa
remaja sekarang lebih mementingkan isi konten media sosial mereka daripada
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. “Banyak remaja zaman sekarang yang
merasa gengsi kalau tertinggal tren, padahal nggak ikut tren juga nggak bakal
disambar petir,” Ujar Erika Dewantari (19). Menurut Erika, banyak remaja-remaja
yang memaksakan diri untuk ikut-ikut tren zaman sekarang, padahal tidak semua
orang mempunyai ekonomi yang memumpuni.
Salah
satu gejala FOMO yang sangat mudah dijumpai adalah tidak bisanya seseorang
lepas dari gadget, khususnya media
sosial. Mungkin, kita juga termasuk dalam salah satu gejala ini, namun FOMO
bisa makin parah ketika seseorang merasa ingin tahu atau kepo dengan kehidupan orang lain. Tentu saja, dalam hal ini dapat
memicu hal-hal negatif lainnya seperti memaksakan diri untuk meniru kebiasaan
orang lain.
“Saya pernah merasa mengidap FOMO ini, Saat itu saya selalu merasa harusmengetahui atau memantau segala sesuatu yang ada, utamanya di sosmed. Saya merasa tidak tenang saat tidak membuka sosmed,” Ujar Ernest (18). Ernest menyadari bahwa perilakunya saat itu tidak benar dan sering membuat dirinya gelisah. Ernest juga menyadari bahwa perilakunya ini membuang-buang waktu. Ernest juga memaparkan bahwa setelah itu dia meng-uninstall sementara beberapa aplikasi media sosial miliknya.
x
FOMO juga memunculkan perasaan tidak puas atas semua hal yang
dimiliki, yang bisa berdampak pada kesehatan mental seperti, gangguan kecemasan
dan depresi. “Kalau sudah sampai tidak suka waktu lihat temannya liburan itu
mah sudah keterlaluan, padahal lebih banyak hal yang bisa dilakukan daripada
mantengin medsos terus iri, nanti endingnya malah bikin stress,” Ujar Indika
(16). Indika juga mengatakan bahwa dia juga kerap menjumpai teman-temannya yang
mengidap FOMO walau tidak terlalu parah.
FOMO membuat beberapa orang mulai gelisah karena makin banyaknya
remaja yang melakukan banyak tren-tren tak lazim. Para generasi muda seperti remaja
harus bisa membatasi diri dalam hal pergaulan dan penggunaan sosial media agar
tidak terjerat oleh fenomena FOMO ini. Peran orang tua juga sangat penting
dalam pembatasan penggunaan media sosial, agar anaknya bisa lebih memperhatikan
sekitar dan tidak terpaku pada gadget,
karena intensitas interaksi sosial seseorang harus lebih banyak dilakukan
secara langsung.
Langkah awal agar kita tidak terkena FOMO ini adalah dengan
menyeleksi konten-konten yang kita konsumsi, baik itu di Instagram, Twitter,
YouTube, Tiktok ataupun Facebook. Memilih konten-konten yang menghibur atau
konten-konten produktif juga bisa meminimalisir kita untuk menjauhi FOMO. “Harus
bisa lebih selektif lagi dalam menemukan konten di media sosial, soalnya
sekarang makin banyak konten-konten yang tidak layak untuk ditonton,” Ujar
Rafli (18). Rafli juga mengatakan bahwa bersosialisasi dengan teman di dunia
nyata lebih menyenangkan daripada di dunia maya atau biasa disebut teman virtual, karena kita tidak selalu tahu
bagaimana kehidupan asli atau sifat asli dari teman virtual kita tersebut.
Penulis : Rizki Febri Amelia
NIM : 22041184111
Comments
Post a Comment